Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia beberkan sejumlah alasan terkait Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah di Indonesia yang berbeda dengan Arab Saudi.
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan, Syariah Adib menyebut, perbedaan waktu Idul Adha disebabkan karena letak Arab Saudi lebih barat dari Indonesia, sehingga kemungkinan hilal terlihat lebih dahulu di sana.
“Waktu di Indonesia lebih cepat 4 jam, tetapi hilal justru mungkin terlihat lebih dahulu di Arab Saudi, karena terlihatnya di sebelah barat pada saat matahari terbenam atau dikenal dengan istilah ghurub asy-syams,” ungkap Adib dalam siaran pers pada Jumat (1/7).
Adib menjelaskan semakin ke barat letak geografis suatu negara, maka posisi hilal semakin cepat terlihat.
Menurutnya, pandangan yang menyebut Indonesia seharusnya bisa merayakan Hari Raya Idul Adha lebih dulu ketimbang Arab Saudi karena memiliki waktu lebih cepat 4 jam keliru.
“Jelas pemahaman ini kurang tepat,” ujar dia.
Adib lantas membeberkan ketinggian hilal pada akhir bulan Zulkaidah di Indonesia adalah antara 0 derajat 53 menit sampai 3 derajat 13 menit dengan elongasi antara 4,27 derajat sampai 4,97 derajat.
Pada tanggal yang sama, kata Adib, posisi hilal di Arab Saudi lebih tinggi dari Indonesia.
“Jadi kemungkinan hilal terlihat di Arab Saudi sangat besar,” ujarnya.
Kemenag telah menetapkan Hari Raya Iduladha jatuh pada Minggu, 10 Juli 2022. Keputusan itu diambil berdasarkan hasil sidang Isbat penentuan awal bulan Zulhijah 1443 H yang dipimpin langsung Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi, Rabu (29/4) malam.
Ketetapan ini berbeda dengan Arab Saudi yang menetapkan 10 Zulhijah 1443 H jatuh pada Sabtu, 9 Juli 2022.