Akibat dunia diserang pandemi Covid-19, perekonomian dunia hampir di ambang jurang resesi besar-besaran. Istilah resis juga kerap kita dengar dari berbagai media, baik digital, cetak, atau pun diskusi sehari-hari dengan sejawat.
Baca juga :
Tips Bagi Milenial Untuk Menghadapi Resesi Ekonomi
Perlu diketahui bahwa resesi adalah periode melemahnya perekonomian yang berlangsung selama dua kuartal berturut-turut. Dalam situasi ini, resesi ekonomi berkaitan erat dengan adanya kenaikan tingkat pengangguran, penurunan harga jual ritel, hingga pelambatan kegiatan ekonomi.
Baca juga :
Mengenal Resesi dan Sejumlah Indikator Penyebabnya
Sementara itu, menurut National Bureau of Economic Research, resesi adalah penurunan signifikan aktivitas ekonomi yang berlangsung selama beberapa bulan berturut-turut.
Lantas, apa sebenarnya ciri-ciri suatu negara tersebut telah mengalami resesi?
Baca juga :
Faktor yang Membuat Dunia Diambang Jurang Resesi
Berikut adalah ciri-ciri resesi ekonomi suatu negara:
- PDB dan pendapatan riil masyarakatnya terus mengalami penurunan;
- Penurunan penjualan dan produksi manufaktur, banyak kapasitas produksi pabrik yang tidak terpakai;
- Tingkat pengangguran di negara tersebut meningkat dengan lapangan kerja yang menurun;
- Konsumsi masyarakat menurun;
- Pertumbuhan ekonomi per kuartalnya negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Lalu apa dampak resesi ekonomi bagi negara dan masyarakatnya?
Resesi memiliki dampak yang besar bagi masyarakat. Saat resesi, biasanya perusahaan akan melakukan efisiensi, salah satunya dari beban gaji karyawan sehingga gaji karyawan bisa menurun, bahkan angka pengangguran akan meningkat akibat pemutusan hubungan kerja (PHK).
Tingginya angka pengangguran dapat menyebabkan turunnya daya beli di masyarakat. Mungkin tidak sedikit orang yang kehilangan rumah karena tidak mampu membayar cicilan. Fresh graduate juga sulit mencari pekerjaan karena perusahan berusaha meminimalisir jumlah karyawan.
Perlu kamu tanamkan dalam mindset kamu, resesi adalah hal yang sudah atau pernah terjadi, tetapi bukan berarti bahwa kondisi ini selamanya akan terjadi.
Pihak berwenang, yakni pemerintah dalam situasi seperti ini terus mengusahakan untuk membangkitkan kembali kegiatan ekonomi. Di antaranya dengan memberikan bantuan keuangan kepada perbankan, perusahaan-perusahaan, dan masyarakat kurang mampu melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT).