Akhir-akhir ini, akibat dunia diserang pandemi Covid-19, perekonomian dunia hampir di ambang jurang resesi besar-besaran. Istilah resis juga kerap kita dengar dari berbagai media, baik digital, cetak, atau pun diskusi sehari-hari dengan sejawat.
Baca juga :
Ciri-Ciri Resesi Ekonomi dan Dampaknya Bagi Suatu Negara
Perlu diketahui bahwa resesi adalah periode melemahnya perekonomian yang berlangsung selama dua kuartal berturut-turut. Dalam situasi ini, resesi ekonomi berkaitan erat dengan adanya kenaikan tingkat pengangguran, penurunan harga jual ritel, hingga pelambatan kegiatan ekonomi.
Baca juga :
Mengenal Resesi dan Sejumlah Indikator Penyebabnya
Sementara itu, menurut National Bureau of Economic Research, resesi adalah penurunan signifikan aktivitas ekonomi yang berlangsung selama beberapa bulan berturut-turut.
Berikut beberapa faktor yang menyebabkan resesi :
- Ekonomi yang gonjang-ganjing
Bukan hanya rumah tangga, perekonomian negara juga bisa gonjang-ganjing lho, temanduit. Penyebabnya di antaranya ketidakstabilan politik dan sosial, bencana alam, terorisme, perang, hingga situasi pandemi seperti sekarang.
- Konsumsi masyarakat yang rendah
Masyarakat yang nggak belanja itu nggak baik juga lho untuk ekonomi. Rendahnya konsumsi masyarakat bisa terjadi karena adanya inflasi (kenaikan harga), bisa juga karena ragu untuk berbelanja karena ingin jaga-jaga, contohnya kayak pandemi sekarang ini.
- Asset Bubble
Penyebab lainnya dari resesi adalah aset bubble seperti krisis ekonomi global tahun 2008 yang dipicu oleh krisis di Amerika Serikat. Angka permintaan aset properti di AS sangat tinggi pada awal 2000-an. Di lain pihak, bunga bank juga relatif rendah.
Hal ini menyebabkan naiknya minat masyarakat untuk berinvestasi di bidang properti. Orang-orang semakin banyak yang mengambil KPR. Masyarakat menilai KPR saat itu aman dari gagal bayar. Kalaupun gagal bayar, nilai properti yang jadi jaminannya akan selalu naik sehingga jumlah debitur dan nilai KPR meningkat drastis.
- Suku bunga tinggi
Suku bunga bank sentral yang terlalu tinggi, bisa menurunkan tingkat konsumsi. Orang-orang yang biasanya beli rumah atau kendaraan pakai kredit menurun. Perusahaan-perusahaan yang biasanya ekspansi memakai dana kredit, karena ongkosnya mahal juga jadi menurun. Ujung-ujungnya, konsumsi masyarakat juga rendah. Seperti ulasan di atas, kalau konsumsi yang rendah itu sangat tidak baik untuk perekonomian.
- Inflasi dan deflasi
Resesi adalah salah satu situasi yang terjadi akibat inflasi dan deflasi yang berkelanjutan. Inflasi adalah kenaikan harga barang dalam waktu tertentu akibat naiknya permintaan masyarakat. Nah, harga barang yang mengalami kenaikan ini biasanya juga bikin harga barang lain jadi ikutan naik. Contoh kasusnya di Zimbabwe, pernah denger kan, untuk beli roti di sana butuh setumpuk dollar Zimbabwe?
Sementara itu, deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Permintaan masyarakat turun nih, terhadap suatu barang atau beberapa barang. Biasanya, ini disebabkan oleh konsumsi masyarakat yang rendah juga. Konsumsi yang rendah menimbulkan perlambatan ekonomi dan kalau berkelanjutan bisa menyebabkan resesi.