Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tips Bagi Milenial Untuk Menghadapi Resesi Ekonomi

Anak milenial tidak perlu khawatir menghadapi hantaman resesi global. Ada sejumlah tips yang dapat dilakukan agar dapat bertahan dengan hidup dengan perlambatan ekonomi. Perencana keuangan Finansia Consulting, Eko Endarto mengatakan kaum milenial hendaknya mulai berpikir tentang risiko keuangan di tengah krisis ekonomi ini.

Baca juga :

Mengenal Resesi dan Sejumlah Indikator Penyebabnya

Umumnya, para millenial ini memang telah mengantongi penghasilan. Namun, Eko menekankan resesi ekonomi menimbulkan sebuah ketidakpastian mengenai kondisi perekonomian mendatang.

Namun, generasi milenial tak perlu panik menghadapi resesi ekonomi ini melainkan mempersiapkan dan memperbaiki pola pengaturan keuangannya.

Baca juga :

Faktor yang Membuat Dunia Diambang Jurang Resesi

Berikut sejumlah langkah pengaturan keuangan yang bisa dipertimbangkan milenial di tengah resesi ekonomi:

  1. Dana cadangan

Eko mengatakan pengaturan keuangan paling utama bagi milenial adalah mempersiapkan dana cadangan, atau sejumlah uang yang disiapkan untuk mengantisipasi apabila terjadi masalah dengan sumber penghasilan.

Baca juga :

Ciri-Ciri Resesi Ekonomi dan Dampaknya Bagi Suatu Negara

Eko menuturkan besaran rata-rata dana cadangan sebesar 3-6 bulan pengeluaran bulanan. Bagi milenial yang belum memiliki dana cadangan sama sekali, Eko sangat menganjurkan mereka untuk mulai mempersiapkannya. Sebaliknya, bagi yang sudah memiliki dana cadangan tidak ada salahnya untuk memperbesar jumlahnya.

  1. Kencangkan ikat pinggang

Tak dapat dipungkiri, kaum milenial identik dengan pengeluaran konsumtif, khususnya bagi milenial yang sudah memiliki penghasilan pribadi namun belum berkeluarga. Namun, Eko menyarankan kaum millenial ini untuk mulai membedakan kebutuhan dan keinginan ketika hendak melakukan konsumsi di tengah resesi ekonomi.

Ia menyarankan kaum milenial terlebih dulu menyisihkan penghasilannya untuk membayar kewajiban sebesar 30 persen. Lalu, mempersiapkan dana cadangan, tabungan, maupun kebutuhan dana proteksi sebesar 20 persen dari penghasilan.

  1. Jangan tambah utang

Eko mewanti-wanti kaum milenial tidak menambah utang atau cicilan apalagi yang bersifat konsumtif pada saat resesi ekonomi. Alasannya, tambahan utang ini justru bisa menimbulkan masalah ke depannya jika tidak bisa melunasi.

Ia kembali menekankan jika resesi ekonomi ini dipenuhi ketidakpastian. Jadi, belum tentu penghasilan yang milenial sekarang masih bisa bertahan dalam kurun waktu beberapa bulan ke depan, karena resesi ekonomi ini berdampak bagi semua sektor.

  1. Siapkan keranjang

Budi mengajarkan untuk mempermudah milenial mengatur keuangan pada masa resesi ekonomi adalah dengan mempersiapkan keranjang pengeluaran. Untuk saat ini, tentu prioritas keranjang pengeluaran tersebut adalah dana darurat, proteksi, investasi, terakhir baru keranjang konsumsi.

“Jangan terlalu konsumtif, kita sisihkan sebagian penghasilan kita dalam beberapa keranjang, untuk dana darurat, proteksi dan asuransi, investasi masa depan, itu yang sekarang harus menjadi pengingat,” katanya.

Namun, bukan berarti kaum milenial dilarang melakukan konsumsi di luar kebutuhan primer. Budi menuturkan pengeluaran yang sifatnya konsumtif masih bisa dilakukan, asal tetap memperhatikan kesehatan keuangannya.

  1. Sarana pembelajaran

Baik Eko dan Budi sepakat resesi ekonomi ini menjadi pembelajaran bagi semua lapisan masyarakat termasuk millnial. Pelajaran dan hikmah paling utama dari resesi ekonomi dan pandemi covid-19 adalah tidak ada sesuatu yang pasti, sehingga harus mulai berpikir mengenai antisipasi, proteksi, dan investasi.

“Milenial bisa bersyukur terjadi krisis ketika mereka masih muda, masih bisa produktif, kalau PHK masih banyak perusahaan yang mencari. Tapi, coba bayangkan hal ini terjadi ketika mereka sudah masuk tahapan pensiun, ini bahaya sehingga harus diantisipasi,” tuturnya.

Sepakat, Budi menekankan pelajaran dari resesi ekonomi adalah mempersiapkan pondasi keuangan dengan baik. Jadi ketika terjadi krisis, generasi milenial masih memiliki pegangan kuat.

Leave a comment